Pekerjaan ini dilatarbelakangi oleh banyaknya saluran irigasi di Kota Yogyakarta yang beralih fungsi dan tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Hal ini memunculkan ide Pemerintah Kota Yogyakarta untuk perlu adanya menginventarisasi asset irigasi, guna mengetahui Daerah Irigasi mana yang perlu di optimalkan atau diperbaiki kembali. Pemerintah Kota Yogyakarta menggandeng kami, CV. Mitra Geotama, selama kurang lebih 5 bulan, sebagai partner kerja dari pra survey, lapangan dan finalisasi pekerjaan ini. Tujuan dari pekerjaan ini adalah tersedianya database spasial jaringan irigasi Kota Jogja dan tersedianya MXD format peta jaringan irigasi kota Yogyakarta
Unit analisis dalam pekerjaan ini adalah Daerah Irigasi (DI), yang terbagi dalam beberapa jaringan irigasi primer, sekunder, dan tersier. Sebagai informasi tambahan jaringan irigasi primer didefinisikan sebagai bagian dari irigasi yang terdiri dari bangunan utama, saluran induk/primer, saluran pembuangannya, bangunan bagi, bangunan bagi sadap, bangunan sadap, bangunan selengkapnya. Jaringan irigasi sekunder adalah bagian jaringan irigrasi yang terdiri dari saluran sekunder, saluran pembuangannya, bangunan bagi, bangunan bagi-sadap, bangunan sadap, dan bangunan pelengkapnya. Jaringan irigasi tersier adalah jaringan irigrasi yang berfungsi sebagai prasarana pelayanan air irigasi dalam petak tersier yang terdiri dari saluran tersier, saluran kuarter , dan saluran pembuang, books tersier, boks quarter, serta bangunan pelengkapnya. Nantinya, akan ada sejumlah 10 Daerah Irigasi yang akan dianalisis dalam pekerjaan ini. Kesepuluh Daerah Irigasi tersebut adalah, diantranya, DI Batikan, DI Bendosirah, DI Kranon, DI Muja Muju, DI Sidikan 2 ,DI Sidikan 3, DI Tambak 2, DI Tambak 3, DI Tambak 4, Di Wirogunan. Output pekerjaan ini terdiri dari peta jaringan Daerah Irigasi Kota Yogyakarta Skala 1:5000 dan database spasial jaringan Daerah Irigasi yang terdiri dari file MXD dan shapefile.
Metode pekerjaan yang digunakan untuk kegiatan pemetaan ini adalah survey terestris dan pemetaan parsitipatif keseluruhan area DI. Proses pembuatan peta dilakukan dengan tracking menyusuri setiap daerah irigasi menggunakan GPS handheld sembari melakukan inventarisasi bangunan pendukung pada jaringan irigasi, untuk kemudian dilakukan digitasi dari hasil tracking. Hasil digitasi kemudian dikelaskan menurut jenis irigasi berdasarkan bangunan sadap di lapangan. Berikut ini contoh kegiatan di lapangan pada salah satu segmen DI (Gambar 1-2).