Prinsip yang melandasi dalam terwujudnya kebijakan satu peta adalah konsistensi, interoperabilitas, dan kualitas data geospasial, untuk mencapai ketiga hal tersebut salah satu upaya yang wajib dilaksanakan dalam penyiapan sumber data dalam pembuatan data spasial adalah koreksi atau perbaikan geometrik citra satelit.
Salah satu proses pemetaan yang membutuhkan adanya koreksi citra satelit dalam proses pemetaan adalah penyusunan Peta Rencana Detail Tata Ruang (RDTR), hal ini dikarenakan dalam proses penyusunannya melibatkan banyak peta mulai dari Peta Dasar, Peta Tematik hingga Peta Rencana. Dimana peta-peta tersebut disusun dalam skala besar (1:5.000) dan mengharuskan bereferensi pada data yang sama agar prinsip konsistensi, interoperabilitas, dan kualitas data geospasial dapat terjaga. Disamping untuk dapat digunakan sebagai sumber data, citra satelit harus memenuhi standar akurasi geometrik yang diamanatkan dalam SNI Ketelitian Peta Dasar (Perka BIG Nomor 6 Tahun 2018).
Koreksi geometrik yang disyaratkan dalam awal penyusunan sumber data RDTR adalah koreksi orthorektifikasi. Orthorektifikasi adalah proses transformasi atau perbaikan geometri pada citra satelit atau citra udara yang telah diambil dengan sudut pengambilan yang berbeda atau memiliki distorsi geometri. Tujuan dari orthorektifikasi adalah untuk menghilangkan distorsi geometri tersebut sehingga citra tersebut dapat digunakan untuk analisis dan pemetaan yang akurat.
Dengan melakukan orthorektifikasi, citra yang awalnya memiliki distorsi geometri dapat diubah menjadi citra yang geometris akurat, di mana jarak dan sudut antara objek di citra mencerminkan proporsi yang sebenarnya di permukaan bumi.
Tahapan orthorektifikasi seperti dijabarkan pada gambar diatas membutuhkan data GCP (Ground Control Point) lapangan, citra satelit resolusi tinggi dan data DEM. Beberapa hal terkait pelaksanaan orthorektifikasi yang harus diperhatikan diantaranya :
- Persebaran GCP (Ground Control Point) disesuaikan dengan kondisi citra dan topografi lahan.
- Persebaran dan jumlah ICP (Independent Control Point) mengacu pada Perka BIG 6/2018 tentang Ketelitian Peta Dasar. Jumlah ICP menyesuaikan luas area yang dipetakan.
- Pengukuran Koordinat GCP ICP dilakukan dengan menggunakan GPS Geodetic.
- Metode pengukuran diperbolehkan menggunakan RTK (Real Time Kinematic) ataupun metode Static (post processing). Apabila menggunakan metode static, titik ikat menggunakan JKN BIG dan waktu perekaman disesuaikan dengan jarak baseline.
- Data DEM yang digunakan untuk proses orthorektifikasi adalah DEMNAS (Terrasar-X)
Secara umum tujuan utama dalam proses orthorektifikasi adalah diperolehnya sumber data yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan, dimana wujud dari pertanggungjawaban tersebut dibuktikan dengan diterbitkannya berita acara pemeriksaan yang menjadi syarat mutlak yang menyatakan citra siap digunakan untuk proses pemetaan selanjutnya. Berdasarkan pengalaman kami dalam melaksanakan proses koreksi citra dengan hasil akhir berita acara rekomendasi, disamping harus mengikuti tata cara dan standar yang mengatur, juga dibutuhkan beberapa hal lain seperti urutan proses pelaksanaan yang benar, komunikasi dan supervisi dengan asisten BIG pada tahap-tahap kunci, dan terpenuhinya kelengkapan data pada tiap proses pelaksanaan. Dengan tahapan yang runtut, terdokumentasi dengan baik, sesuai dengan standar dan komunikasi yang baik dengan asisten maka proses pelaksanaan koreksi citra hingga memperoleh BA dapat dilaksanakan dengan efisien dan tepat.
Berikut adalah beberapa pengalaman kami dalam pengerjaan koreksi geometrik citra satelit resolusi tinggi (Survei GCP dan Orthorektifikasi)
Brosur jasa pengerjaan ortorektifikasi dapat diunduh di tautan berikut
